"Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang". Kata si Putih.
"Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak". Kata si Belang.
"Ya sudah, kita ambil saja". Kata si Putih.
"Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling cukup untuk kita berdua". Kata si Belang.
"Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara". Kata si Putih.
"Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit". Kata si Belang.
"Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebagian sedikit". Kata si Belang.
Ternyata ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.
"Anak-anakku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya". Sela ayahnya.
"Apa maksud ayah ?". Kata si Putih.
"Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian". Jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum cukup pengalaman, malah heran dan kebingungan.
"Saya tidak mengerti, ayah". Kata si Belang mengernyitkan dahinya.
"Anak-anakku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya". Sela ayahnya.
"Apa maksud ayah ?". Kata si Putih.
"Kalian terlalu fokus pada kejunya. Kalian harus melihat masalah dengan pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian". Jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum cukup pengalaman, malah heran dan kebingungan.
"Saya tidak mengerti, ayah". Kata si Belang mengernyitkan dahinya.
"Ok, tunjukkan dimana kalian menemukan keju tersebut". Kata ayahnya.
Kedua anak tikus tersebut mengantar ayahnya menuju letak keju.
"Apa yang kalian liat ?" tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.
"Keju, ayah !" jawab kedua anaknya serempak.
"Coba lihat lagi !" kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihat anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja.
"Nah, sekarang liat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat ?" tanya ayahnya.
"Saya melihat sebuah alat dimana ada keju didalamnya". jawab si Putih.
"Oh iya, baru terlihat". lanjut si Belang.
"Alat apa itu ayah ?" tanya si Belang.
"Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian tidak berfokus pada kejunya lagi, jika kalian mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian". Jelas ayahnya.
Terang saja, kedua tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terfikirkan sebelumnya. Mereka hanya fokus pada keju.
"Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian". Jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya.
"Apa yang kalian liat ?" tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.
"Keju, ayah !" jawab kedua anaknya serempak.
"Coba lihat lagi !" kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihat anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja.
"Nah, sekarang liat diatas meja ini. Apa yang kalian lihat ?" tanya ayahnya.
"Saya melihat sebuah alat dimana ada keju didalamnya". jawab si Putih.
"Oh iya, baru terlihat". lanjut si Belang.
"Alat apa itu ayah ?" tanya si Belang.
"Itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian tidak berfokus pada kejunya lagi, jika kalian mengambil kejunya, ada senjata yang akan membunuh kalian". Jelas ayahnya.
Terang saja, kedua tikus ini terperanjat. Kaget bukan kepalang. Tidak terfikirkan sebelumnya. Mereka hanya fokus pada keju.
"Jika kalian melihat secara utuh, pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian". Jelas ayahnya dengan tatapan kasih kepada kedua anaknya.